Minggu, 28 Februari 2021

9 Potensi Bangkit dari Kebangkrutan


Oleh: Ari Ariyandi Gunawan

Pandemi covid-19 bisa jadi merupakan salah satu penyebab terjadinya resesi ekonomi dan hadirnya   fenomena kebangkrutan.  Kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana pekerjaan sudah tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan, perusahaan sudah tidak bisa lagi produksi, hutang  tidak bisa dibayar, usaha rugi terus sampai kehabisan modal, dan berbagai bentuk keterpurukan hidup lainnya. Begitulah cerita kebangkrutan yang biasanya terjadi.

Perlu analisis kebangkrutan  untuk bisa bangkit. Karena kebangkrutan ekonomi dalam sebuah negara sangat berbahaya bagi rakyat. Sumber kekacauan rakyat dalam sebuah negara bisa terjadi karena adanya kebangkrutan ekonomi. Apabila telah marak terjadi  kebangkrutan di indonesia harus  segera diatasi. Berdasarkan hasil analisis dan kajian saya, ada 9 potensi yang perlu diperhatikan untuk bisa bangkit dari kebangkrutan.

 

1.Kedisiplinan 

Mampu mengatur waktu, biaya, tenaga, dan  pikiran.Tujuannya agar aktivitas menjadi efektif dan uang menjadi efisien. Kalau aktvitas sudah efektif, maka aktivitas menjadi banyak  manfaatnya. Kalau uang sudah menjadi efisien, maka penggunaannya akan tepat sasaran.

Keuntungan dari aktvitas yang bermanfaat, tentu akan melahirkan perkembangan  keterampilan, amal, pengetahuan, dan karya. Kondisi semacam Itulah yang bisa menjadi modal yang baik untuk bangkit. Kalau keuntungan dari uang yang  tepat sasaran, uang tidak akan menjadi sia-sia, sisanya bisa digunakan untuk modal usaha atau disimpan.  

Kedisiplinan itulah yang bisa bikin suatu pekerjaan kecil menjadi berpotensi   besar. Penghasilan kecil menjadi berpotensi   besar. Kedisiplinan itulah yang bisa menjadi potensi untuk  bangkit dari kebangkrutan.

2.Kerja Produktif

Sehari ada 24 jam, kebiasaan orang bekerja sekitar  6-8 jam per hari. Tapi belum tentu selama jam kerja itu  bisa menghasilkan karya, manfaat, atau keuntungan uang. Kerja yang mampu menghasilkan karya, manfaat, atau keuntungan uang itulah yang dapat disebut kerja produktif. Kerja produktif setiap hari harus bisa menghasilkan uang atau setiap hari harus bisa menghasilkan karya. Apabila tidak bisa menghasilkan uang dan karya, harus bisa menghasilkan benefit atau manfaat apa saja dari suatu pekerjaan.

Berbeda dengan aktivitas kontraproduktif,  misalnya klaim hak orang lain tanpa izin untuk tujuan uang, mencaci-maki kerja atau karya orang lain, mengkhayal bisa ini bisa itu untuk mendapatkan uang belas kasih,  kalaupun bekerja sambil banyak mengobrol,  sambil merokok, sambil main handphone.

Aktivitas kontraproduktif tidak bisa bikin bangkit dari kebangkrutan, bahkan bisa lebih parah kebangkrutannya. Sedangkan kerja produktif, itulah yang bakal menjadi potensi bangkit dari kebangkrutan.

Baca Juga: 7 Manfaat Tradisi Berdagang

3.Berdasarkan kenyataan

Mengkhayal itu bikin malas, apalagi ketika sudah menghayal diberikan uang, pasti akan bertambah kemalasannya. Padahal ketika mendapatkan uang tanpa kerja, analoginya seperti berhutang kerja. Sedangkan ketika mengkhayal status orang lain, memanfaatkan status orang lain untuk mendapatkan   uang, analoginya seperti menyamun atau membajak. Kedua aktivitas itu pasti bikin malas, ingin serba instan, dan selalu berharap keajaiban, seperti orang yang sedang menunggu tukang sulap mengeluarkan sesuatu dari tangannya, berharap munculnya hadiah atau hal-hal  yang menggembirakan.  Kedua aktivitas itu pasti bikin malas sehingga tidak mungkin bisa bangkit dari kebangkrutan. Bahkan aktivitas semacam itu akan terus menambah kemalasan dan memperluas kezaliman.

Berbeda dengan  bekerja  berdasarkan kenyataan. Bekerja berdasarkan kenyataan adalah kerja  yang membangun, bukan kerja yang merusak. Bekerja yang bisa membangun kekayaan, bertambahnya penghasilan, atau sekedar bekerja yang bisa bikin punya nilai, bukan hutang.  Bekerja di pabrik, itu kerja berdasarkan kenyataan. Bekerja dengan keahlian, itu juga bekerja dengan kenyataan. Menjadi kuli bangunan, tukang ojek, tukang bengkel mobil atau motor, itu juga  kerja berdasarkan kenyataan. Berdagang di pasar atau dipinggir-pinggir  jalan menjadi pedagang kaki lima, itu juga merupakan  kerja yang berdasarkan kenyataan. Bekerja berdasarkan kenyataan, besar atau kecilnya penghasilan yang didapatkan merupakan suatu potensi yang bisa bikin bangkit dari kebangkrutan.

4. Menyimpan dan Investasi

Menyimpan uang itu walaupun hanya mampu sedikit-sedikit, itu merupakan suatu bentuk kedisiplinan dalam hal keuangan. Orang yang sudah bisa menabung, sedikitnya sudah bisa mengatur uang atau mengendalikan uang.

Perusahaan sebesar apapun, sepertinya bila tidak mampu mengatur keuangan, pasti cepat bangkrut dan sulit untuk bisa bangkit lagi. Manajeman perusahaan, manajemen bisnis, bahkan manajemen keluarga pada dasarnya harus mampu mengatur keuangan sebagai salah satu bagian dalam mengelola harta. Kalau sudah bisa mengatur atau mengendalikan keuangan dengan baik, semua kebutuhan akan  mudah tercukupi. Bahkan kebangkrutan tidak akan terjadi  bila mampu mengatur atau mengendalikan uang.

Kemampuan mengatur uang pada dasarnya dari kebiasaan menyimpan uang. Apabila sudah mampu menyimpan sebagian uang dan  sebagiannya lagi untuk investasi, itulah sudah mampu mengendalikan uang. Uang itu jangan disimpan seluruhnya  tidak bergerak. Menyimpan uang itu harus dibarengi dengan berinvestasi. Investasi itu bukan sekedar berbisnis investasi keuangan saja, investasi itu bisa berupa modal yang dikeluarkan untuk sebuah usaha.

Misalnya 10 % dari dana simpanan (tabungan) digunakan untuk modal usaha atau bisnis. Sehingga simpanan tetap aman, bisnis tetap berjalan. Dari 10 % itu harus berupaya untuk mencapai target keuntungan. Ketika bisnis atau usaha itu mendapatkan keuntungan, maka tabunganpun bertambah, asset dan kekayaanpun bertambah. Kalaupun rugi, pasti ada pengalaman dan pengetahuan baru dari upaya mencapai target. Sehingga dengan bekal itu, bisnis di masa depan bisa menjadi  lebih baik.

Karena itulah kebiasaan menyimpan uang dan berinvestasi sebagai wujud pengendalian keuangan merupakan  potensi yang bisa bikin bangkit dari kebangkrutan.

Baca Juga: Mengenali Potensi Diri

5.Menjadi Solusi

Manusia di dunia ini ada tiga macam. Pertama ada manusia yang sepanjang hidupnya lurus saja, berupaya memberikan manfaat terus kepada orang lain.  Itulah manusia yang bisa menjadi solusi bagi orang lain, termasuk di dalam kehidupan   dunia ini. Kedua, ada manusia yang sangat tergantung kepada orang lain, memanfaatkan orang lain saja, sampai dirinya lupa diri. Orang semacam itu senang bikin masalah terus kepada orang lain, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menyembunyikan maksud-maksud tersembunyi. Itulah biasanya manusia yang kehidupannya tidak tenang, kurang manfaat, tidak berkah, meresahkan, tidak mampu bekerja dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya sendiri.

Ketiga, ada orang yang suka mencampurkan antara membuat masalah dan memberikan  manfaat kepada orang lain, kadang  bikin  masalah kadang juga menjadi solusi. Orang yang pertama itulah yang berpotensi bangkit dari kebangkrutan. Orang yang kedua itulah yang biasanya menjadi penyebab kebangkrutan. Orang yang ketiga itulah orang yang bisa meramaikan kebangkitan tapi tidak kokoh.Potensi bangkit dari kebangkrutan  ada pada orang yang pertama dan orang yang ketiga.

6.Introsfeksi Diri

Hati-hati bila sudah merasa tidak ada yang salah atas diri sendiri. Bisa jadi itulah yang menjadi penyebab kebangkrutan pada diri sendiri. Introspeksi diri itu bisa berbentuk  evaluasi terhadap pekerjaan,  penghasilan, dan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani kehidupan. Dengan introsfeksi diri, bisa menghentikan kebiasaan jelek untuk mendapatkan  kehidupan yang lebih baik. Dengan  introsfeksi diri, orang bisa mengubah  diri dari bernasib  jelek menjadi bernasib baik, orang yang miskin bisa menjadi kaya. Karena dengan introsfeksi diri, bisanya akan tahu dimana letak kesalahan diri, bagaimana memahami masalah,  dan tahu cara memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Demikian,  introsfeksi diri merupakan suatu potensi bangkit dari kebangkrutan.

7.Memperbaiki  Diri

Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan yang sempurna. Tapi, tidak ada manusia yang sempurna dalam menjalani kehidupannya. Tidak ada manusia yang mulus tak punya masalah. Tidak ada manusia yang bersih seluruhnya dari kesalahan dan dosa. Tidak ada manusia yang selalu beruntung  dalam hal usahanya, bisnisnya, pekerjaannya, dan karirnya.   Begitu juga tidak ada manusia yang senantiasa lurus akhlaknya.  Karena itulah penting bagi manusia untuk selalu melakukan perbaikan diri menuju kepada kesempurnaannya. Ketika menemui bangkrutan pasti  akan segera memperbaiki diri untuk bangkit.  Kebiasaan memperbaiki diri itulah suatu potensi yang bisa bikin bangkit dari kebangkrutan.

8.Tidak pasrah kepada nasib

Orang yang tidak pasrah kepada nasib akan menjadi orang yang punya kemauan keras. Orang yang tidak pasrah kepada nasib adalah orang yang tidak senang mengharapkan belas kasihan orang lain. Orang yang tidak pasrah kepada nasib adalah orang yang tidak suka sekedar menengadahkan tangan sambil  menunggu keajaiban. Bekerja saja dulu, lakukan saja dulu,  semuanya pasti ada prosesnya, setiap ada masalah pasti ada jalan keluarnya, tidak perlu mengharap  kebetulan dan keajaiban.  Tidak pasrah kepada nasib  itulah potensi yang bisa bikin bangkit dari kebangkrutan.

9. Berpikir Cerdas

Menjaga dan memelihara akal sehat, itulah yang bisa bikin berpikir cerdas. Tidak membaca berita atau informasi tentang takhayul,  ajaib,  cerita mistis, gosip, itulah yang dapat menjaga akal sehat. Tidak memakai jimat, isim, pelet, pengasihan, susuk,  itu juga suatu bentuk sikap menjaga akal sehat. Tidak merokok, tidak menggunakan  narkoba, itu menjaga  akal sehat. Tidak berjudi  juga merupakan sikap  menjaga akal sehat.

Akal sehat itu harus dipelihara dengan belajar dan membaca buku-buku atau berbagai informasi yang logis, faktual, ilmiah, objektif, dan banyak manfaatnya, itulah yang dapat membangun potensi  akal sehat. Memelihara akal sehat merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Bisa juga dengan   mengurangi kebutuhan akan informasi hiburan, itulah juga  bisa bikin terpeliharanya akal sehat, bahkan membangun potensi akal sehat.

Kalau berpikir sudah cerdas karena mampu menjaga dan memelihara akal sehat, masalah apapun akan lebih mudah diatasi, tidak terkecuali masalah uang, penghasilan, dan  ekonomi. Karena itulah, berpikir cerdas merupakan potensi yang bisa bikin bangkit dari kebangkrutan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar