Rabu, 17 Maret 2021

6 Alasan Wajib Punya Cita-Cita


Oleh: Ari Ariyandi Gunawan

Cita-cita adalah suatu harapan yang memperhatikan kenyataan (realistis) yang akan dicapai, bisa  berupa profesi  atau kehidupan yang lebih baik di masa depan. Cita-cita berbeda dengan angan-angan. Cita-cita itu mengharapkan sesuatu yang realistis dan ada potensinya. Misalnya cita-cita ingin menjadi musisi  tapi tidak pernah bisa bermain musik, tidak pernah latihan musik, tidak pernah ikut kursus musik, tidak pernah ikut perlombaan musik, itu cuma angan-angan belaka. Berbeda kalau cita-cita ingin menjadi pelukis professional  dan  mulai dari sekarang sudah mampu menggambar, sering ikut perlombaan, sudah banyak karya-karyanya, itulah cita-cita. Punya cita-cita itu banyak manfaatnya dalam menjalani kehidupan. Sehingga perlu tahu alasan mengapa  wajib punya cita-cita.

 

1.Punya tujuan dalam hidup

Tidak punya cita-cita itu seperti tidak punya tujuan hidup, kemana saja, ikuti apa  saja, liar, dan  tidak punya pendirian. Maka dari itu, penting memiliki cita-cita. Karena punya cita-cita itu sangat baik dilakukan agar kehidupan bisa diatur, terkendali, dan  punya  rencana. Orang yang punya rencana dalam hidupnya, biasanya akan lebih cepat suksesnya daripada  orang yang tidak punya rencana apapun. Karena tidak mungkin ada orang yang sukses tanpa rencana, kecuali orang yang tiba-tiba dapat hujan uang yang turun dari langit, tapi itu mustahil.

Baca Juga: Cara Memanfaatkan Belajar Mandiri

2.Belajar jadi ada manfaatnya

Kalau berupaya mengejar cita-cita, maka itu menandakan adanya motivasi bahwa proses belajar harus ada manfaatnya. Ketika cita-cita tersebut tercapai, itulah salah satu bukti  terwujudnya manfaat belajar. Tapi, apabila tidak punya cita-cita sama sekali, itu sama saja dengan tidak ingin proses belajarnya  bermanfaat. Sekolah bertahun-tahun tapi tidak ingin ada manfaatnya, itulah orang yang tidak punya cita-cita. Dari sini sudah jelas, punya cita-cita itu wajib dilakukan bagi orang-orang yang pernah sekolah atau pernah belajar.

Baca Juga: Mengenali Potensi Diri

3.Tidak ingin menjadi  pengangguran

Menganggur itu bisa dianggap aib bagi orang-orang yang pernah sekolah atau belajar. Sekolah bertahun-tahun tapi tidak bisa bekerja, betapa tidak ada manfaatnya proses belajar yang pernah dilaluinya. Orang yang merasa nyaman menganggur, itu bisa jadi karena tidak punya cita-cita selama sekolah ataupun belajar.

Padahal coba pikirkan, pengangguran itu akan selalu dicurigai melakukan hal-hal yang jelek oleh masyarakat. Orang yang menganggur,  kalaupun terlihat kaya, tetap saja dicurigai oleh masyarakat. Setiap ada masalah dalam kehidupan sosial, pasti yang disalahkan terlebih dahulu para pengangguran. Sehingga menjadi pengangguran itu seharusnya malu karena selalu dicurigai di masyarakat, juga seperti orang yang tidak punya tenaga  dan tidak tangguh sebagai laki-laki dalam menghadapi kenyaatan. 

Badan bisa saja berorot, tampang sangar, maskulin, penampilan seperti tentara tapi menganggur, betapa cemen laki-laki semacam itu. Karena kekuatan dan ketangguhan laki-laki itu akan teruji dari pengalamannya  mencari nafkah atau bekerja. Badan bisa jadi krempeng, tapi kalau giat bekerja apalagi sudah mampu menafkahi keluarga, itulah laki-laki sejati.

Orang yang memiliki cita-cita, pasti tidak ingin menjadi pengangguran. Orang yang memiliki cita-cita pasti ingin bekerja. Orang yang memiliki cita-cita pasti tidak akan menyia-nyiakan proses dan hasil belajar. Tidak ingin menjadi pengangguran, itulah salah satu alasan wajib memiliki cita-cita.

Baca Juga: 5 Profesi Berdasarkan Keahlian Menggambar

4.Punya rencana dalam hidup

Orang yang punya cita-cita pasti punya rencana dalam hidupnya. Ciri-ciri orang yang punya rencana baik untuk masa depannya, biasanya akan pandai menyimpan, pandai mengatur waktu, pandai menentukan pilihan, dan pandai menentukan sikap.

Ingin punya jabatan, ingin menikah,ingin punya istri, ingin punya anak,  ingin punya rumah, itu perlu perencanaan.  Orang yang punya cita-cita pasti akan terbiasa merencanakan, menyiapkan, dan merancang segala sesuatu dalam hidupnya, berpikir untuk masa depannya, bukan bagaimana nanti saja. Karena kalau ingin hidup ini mengalir saja, atau kemana saja ikuti arah angin, bebas tak tentu arah, itu bukan prinsip orang yang punya cita-cita.

Baca Juga: Persiapan Kerja Bagi Pemula

5.Tidak pasrah kepada nasib

Orang yang punya cita-cita itu dapat dimaknai tidak pasrah kepada nasib. Ketika menyadari  miskin, tidak diam menerima kenyataan sebagai orang miskin. Melainkan selalu berupaya, belajar, bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk mengubah nasib miskin menjadi kaya. Mengejar cita-cita merupakan wujud ketidakpasrahan kepada nasib.

Pasrah kepada nasib itu biasanya bikin hidup malas, mudah kepayahan ketika ingin mencapai  sesuatu, kurang kemauan, selalu ingin keajaiban, dan mendapatkan hadiah tiba-tiba.  Pasrah kepada nasib semacam itu, tidak pantas bagi orang yang punya cita-cita di masa depannya.

Prinsip tidak pasrah kepada nasib dapat mengajarkan untuk selalu bekerja keras, berkeinginan  kuat,  bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, tangguh dalam menghadapi kenyataan, dan selalu mencari hasil nyata dari proses kerja,  bukan menunggu hadiah atau keajaiban. Karena  itulah, tidak ingin pasrah kepada nasib merupakan alasan wajib  punya cita-cita.

6. Terkendali

Kalau  punya cita-cita, ketika akan melakukan perbuatan jelek yang  bisa merusak cita-cita, maka akan mudah  terkendali. Misalnya ingin jadi tentara, ketika akan merokok dan mabuk-mabukan, pasti tidak akan dilakukan karena itu bisa merusak cita-citanya saat akan  masuk tentara, terutama saat tes fisiknya. Contoh lainnya, ingin menjadi guru, ketika akan bermain-main, pesta-pesta, atau menjauhi segala proses belajar, pasti tidak akan dilakukan karena itu bisa merusak cita-citanya.Karena  guru tidak mungkin jauh dari proses belajar dan mengajar. Dari kedua contoh sederhana itu, jelas bahwa punya cita-cita bisa menjadikan hidup terkendali. Sehingga  ingin hidup terkendali, itu bisa dijadikan alasan untuk punya cita-cita.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar