Kamis, 30 Agustus 2018

Mengutamakan Proses Pendidikan

Oleh: AriAriyandi Gunawan  

Buah yang matang jauh lebih besar manfaatnya ketimbang buah yang masih mentah. Buah yang matang, bukan saja buahnya yang bermanfaat, bahkan bijinyapun bisa dijadikan benih yang baik untuk menjaga kelestarian manfaatnya. Sedangkan buah yang mentah sangat sedikit sekali manfaatnya, bahkan tidak ada manfaatnya. Namun untuk memperoleh buah yang matang, perlu proses yang lebih lama ketimbang buah mentah. 

Begitulah sedikit ilustrasi tentang pentingnya suatu proses. Pendidikan, tentu juga butuh proses. Bahkan pendidikan kita harus lebih mengutamakan proses, ketimbang hanya status yang bersifat artifisial. Bila pendidikan kita lebih mengutamakan status, maka pendidikan kita hanya mampu mencetak generasi mentah, bukan generasi yang matang karena terdidik dan berdaya guna. 

Pendidikan yang tidak mengutamakan proses hanya akan mencetak generasi pragmatis, generasi yang hanya ingin mendapatkan segala sesuatu secara instan dan jalan pintas saja. Generasi semacam itu tentunya sangat mengkhawatirkan. Karena generasi semacam itu sangat mudah dipengaruhi budaya liberal, berbagai tradisi yang cenderung membentuk sikap yang tidak mengenal aturan, generasi pemalas karena terlalu senang dengan permainan, kurang kreatif, dan konsumtif. Bila generasi semacam itu dibiarkan tanpa perbaikan di dalam proses pendidikan, mungkin mereka bisa cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang kontraproduktif.

Dalam hal ini, sekolah sebagai institusi pendidikan formal tentunya harus mampu membuat optimal pengalaman belajar para peserta didik. Karena tidak mungkin sekolah mampu membentuk sikap apalagi kemampuan bila para peserta didiknya kurang dalam pengalaman belajar. Sekolah semacam itu biasanya tidak membuat para peserta didik  yang jarang masuk sekolah mudah naik kelas, apalagi lulus. Dan tidak pula membiarkan guru yang jarang masuk ke sekolah, membiarkan murid-muridnya dikelas tanpa proses  belajar.

Sekolah yang mengutamakan proses pendidikan, biasanya selalu berupaya membuka ruang yang seluas luasnya untuk  pengembangan diri para peserta didik melalui kegiatan ekstrakulikuler yang beragam. Sehingga sekolah tersebut mampu mengarahkan minat dan bakat peserta didik. Dan para peserta didik juga akan betah belajar di sekolah.

Selain itu, sekolah perlu di dukung dengan suasana pembinaan yang kuat dalam proses belajar, bukan sekedar transfer pengetahuan. Dari sini keteladan dan pengaruh guru sangat diperlukan. Para peserta didik di sekolah harus terbiasa menerima nasehat dari guru. Guru harus selalu berupaya menerapkan pembiasaan sikap yang baik terhadap para peserta didik dilingkungan sekolahnya. Sehingga nantinya, sekolah mampu menjadi sarana pembentukan moral yang baik bagi para peserta didik.

* Artikel ini selesai ditulis pada 24 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar