Rabu, 02 September 2020

3 Cara Mengatasi Pengangguran Lulusan SMK


Oleh : Ari Ariyandi Gunawan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 5 Mei 2020, TPT lulusan SMK pada bulan februari 2020 sebesar 8,49 %. Sedangkan lulusan SMA, TPT-nya sudah  rendah. Pada bulan februari 2020 TPT lulusan SMA hanya sebesar 6,77 %. Kenapa itu bisa terjadi? Padahal lulusan SMK yang semestinya sudah siap masuk dunia kerja, dan dididik di sekolah agar mampu bekerja,  malah menjadi yang paling tinggi tingkat penganggurannya. Bisa jadi kurang adanya pembekalan dan persiapan dari  pihak sekolahnya. Berikut ini 3 cara yang layak untuk dilakukan Sekolah Kejuruan untuk mengatasi masalah pengangguran lulusan SMK.

Pertama, pembekalan kemampuan usaha mandiri. Lulusan SMK harus dibekali dengan kemampuan membangun usaha mandiri. Lulusan SMK yang telah memiliki skills khusus, biasanya kurang bisa memanfaatkan skillsnya masing-masing. Setelah lulus sekolah, mereka bingung harus bagaimana dan harus ke mana. Mereka banyak yang sudah mahir misalnya desain grafis, videografi,  desain web, service kendaraan, dan berbagai macam skills lainnya,  tapi tidak bisa  menjadikan skillsnya tersebut sebagai mata pencahariannya. Lulusan SMK, biasanya punya skills dan bisa produktif. Tapi mereka tidak bisa mengelola dan menjual skills atau produktivitasnya. Karena itulah, sebelum mereka lulus sekolah, pihak SMK atau penyelenggara pendidikan SMK, harus membekali  kemampuan membangun usaha mandiri kepada para peserta didik SMK.

Kedua, persiapan kerja.  Agar setiap lulusan SMK tidak bingung setelah lulus sekolah harus kemana,  sebaiknya pihak sekolah atau penyelenggaran pendidikan SMK, membekali setiap  peserta didik dengan kemampuan mempersiapkan kerja, seperti cara membuat lamaran pekerjaan yang baik dan benar,  cara membuat   curiculum vitae, cara mempresentasikan portofolio, mencari lowongan pekerjaan, dan mencari peluang usaha.

Ketiga, sekolah harus berupaya membangun ikatan kerja  dengan perusahaan. Peserta didik SMK  sebelum lulus sekolah biasanya ada  praktek kerja lapangan atau magang. Tapi sekolah tidak mampu membangun ikatan kerja dengan perusahaan. Setelah selesai magang, sudah saja tidak ada ikatan apapun.  Itu artinya, sekolah harus bisa membangun peserta didik bersimbiosis mutualisme  dengan perusahaan. Dalam hal ini,  sekolah harus bisa menyiapkan para peserta didik yang memiliki skills khusus yang betul-betul dibutuhkan perusahaan.  Sekolah harus punya posisi tawar dengan perusahaan.  Sekolah harus bisa memberikan benefid yang baik kepada perusahaan. Sehingga ketika perusahaan tersebut  merekrut pegawai, tidak akan jauh-jauh ke yang lain, pasti sekolah yang bersangkutan akan diprioritaskan.

Semoga masa depan lulusan sekolah kejuruan atau SMK, tidak lagi menjadi  tertinggi tingkat penganggurannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar