Oleh : Ari Ariyandi Gunawan
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tertinggi di Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 5 Mei 2020, TPT lulusan SMK pada
bulan februari 2020 sebesar 8,49 %. Sedangkan lulusan SMA, TPT-nya sudah rendah. Pada bulan februari 2020 TPT lulusan
SMA hanya sebesar 6,77 %. Kenapa itu bisa terjadi? Padahal lulusan SMK yang
semestinya sudah siap masuk dunia kerja, dan dididik di sekolah agar mampu
bekerja, malah menjadi yang paling
tinggi tingkat penganggurannya. Bisa jadi kurang adanya pembekalan dan persiapan
dari pihak sekolahnya. Berikut ini 3 cara
yang layak untuk dilakukan Sekolah Kejuruan untuk mengatasi masalah pengangguran
lulusan SMK.
Pertama, pembekalan kemampuan usaha mandiri. Lulusan SMK harus dibekali dengan kemampuan membangun usaha mandiri. Lulusan SMK yang telah memiliki skills khusus, biasanya kurang bisa memanfaatkan skillsnya masing-masing. Setelah lulus sekolah, mereka bingung harus bagaimana dan harus ke mana. Mereka banyak yang sudah mahir misalnya desain grafis, videografi, desain web, service kendaraan, dan berbagai macam skills lainnya, tapi tidak bisa menjadikan skillsnya tersebut sebagai mata pencahariannya. Lulusan SMK, biasanya punya skills dan bisa produktif. Tapi mereka tidak bisa mengelola dan menjual skills atau produktivitasnya. Karena itulah, sebelum mereka lulus sekolah, pihak SMK atau penyelenggara pendidikan SMK, harus membekali kemampuan membangun usaha mandiri kepada para peserta didik SMK.
Kedua, persiapan kerja. Agar setiap lulusan SMK tidak bingung setelah
lulus sekolah harus kemana, sebaiknya
pihak sekolah atau penyelenggaran pendidikan SMK, membekali setiap peserta didik dengan kemampuan mempersiapkan
kerja, seperti cara membuat lamaran pekerjaan yang baik dan benar, cara membuat
curiculum vitae, cara mempresentasikan
portofolio, mencari lowongan pekerjaan, dan mencari peluang usaha.
Ketiga, sekolah harus berupaya
membangun ikatan kerja dengan perusahaan.
Peserta didik SMK sebelum lulus sekolah biasanya
ada praktek kerja lapangan atau magang.
Tapi sekolah tidak mampu membangun ikatan kerja dengan perusahaan. Setelah
selesai magang, sudah saja tidak ada ikatan apapun. Itu artinya, sekolah harus bisa membangun peserta
didik bersimbiosis mutualisme dengan
perusahaan. Dalam hal ini, sekolah harus
bisa menyiapkan para peserta didik yang memiliki skills khusus yang betul-betul
dibutuhkan perusahaan. Sekolah harus
punya posisi tawar dengan perusahaan. Sekolah
harus bisa memberikan benefid yang baik kepada perusahaan. Sehingga ketika perusahaan
tersebut merekrut pegawai, tidak akan
jauh-jauh ke yang lain, pasti sekolah yang bersangkutan akan diprioritaskan.
Semoga masa depan lulusan
sekolah kejuruan atau SMK, tidak lagi menjadi tertinggi tingkat penganggurannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar