Senin, 12 Oktober 2020

Bekerja dengan Keahlian


Oleh:Ari Ariyandi Gunawan

                                          

Berdagang itu bukan mencari belas kasihan orang lain. Orang yang berdagang itu bisa jadi karena hobi atau senang menolong orang lain. Berdagang itu suatu  kehormatan karena tidak meminta-minta kepada orang lain.  Tapi orang yang picik dan bodoh, biasanya menganggap orang yang berdagang itu tidak punya duit, miskin,  pelit, dan cuma mampu  berdagang, tidak mampu bekerja yang lain.

Orang yang berdagang gorengan,  itu jauh lebih terhormat ketimbang jadi pengusaha fiktif, pengangguran banyak gaya yang tak tau malu, pengemis intelektual,  penjahat kerah putih, dan penipu berdasi.  Tukang bangunan atau tukang bengkel yang jujur, jauh lebih mulia daripada pejabat yang korup.  Janganlah pernah malu berdagang, jangan malu jadi tukang, bila sedang bangkrut tapi pernah berpendidikan.

Idealnya, orang yang berpendidikan itu bekerja dengan keahlian. Karena bekerja dengan keahlian mencerminkan kepribadian yang berpendidikan. Tapi apabila belum tercapai, bekerja apa saja dulu, berdagang atau menjadi tukang bukanlah pekerjaan yang hina.

Ketika honor mengajar saya masih Rp.100 ribuan per bulan, susah payah saya dagang pensil dan balpoint sampai terkumpul modal. Ketika saya sudah punya modal, segera saya kerahkan semua keahlian saya untuk membangun  bisnis.  Sekarang, saya lebih banyak bekerja di laptop. Saya bekerja siang dan malam. Saya senang dengan pekerjaan saya ini. Karena saya bekerja dengan keahlian.

Saya bekerja dengan keahliaan, bukan dengan senyuman dan akhlak yang manis dan terpuji. Tengil, brengsek, egois, bengis, tempramen, tidak punya perasaan, terkesan tidak manusiawi, itu tidak ada hubungannya dengan keahlian apapun. Latar belakang sejelek apapun dari akhlak seseorang, itu tidak berpengaruh kepada keahlian. Akhlak itu pada dasarnya urusan sikap individu. Sikap individu kepada individu yang lainnya, bisa berbeda dengan sikap individu dalam dimensi sosial atau ranah publik. Itu cuma pilihan sikap saja, yang tidak berpengaruh kepada keahlian.

Masa Depan Indonesia

Logis, tenaga kerja akan semakin murah. Sedangkan tenaga ahli akan semakin mahal. Karena tenaga kerja dalam industri di masa depan akan banyak tergantikan oleh mesin-mesin dan robot-robot canggih. Sedangkan tenaga ahli akan semakin banyak dibutuhkan. Jadi , kalau ingin berkarir, jangan menjadi tenaga kerja, melainkan merintis karir menjadi tenaga ahli, yang pendidikannya minimal sarjana strata 1.

Masa depan Indonesia, organisasi masyarakat dan partai politik akan semakin kehilangan dukungan, seiring dengan semakin dibutuhkannya para ahli dalam dunia industri dan bisnis.

Masa depan Indonesia, para pengangguran yang dipelihara, yang sering ikut main proyek pemerintah, akan dicurgai sebagai pengkhianat negara. Karena apa yang dilakukannya sering tidak berguna bagi negara, mereka mengambil keuntungan dari hak-hak rakyat, menguangkan kerja-kerja rakyat tanpa izin, dan menerima proyek tanpa pertanggungjawaban yang jelas dan nyata. Mereka adalah para pengangguran yang sering mengaku-ngaku sebagai pengusaha, padahal pengusaha fiktif yang pekerjaannya tidak jelas. Kenyataan mereka itulah yang seperti parasit dalam negara.

Baca Juga: Pekerjaan yang Membangun Kehidupan

Masa depan negara Indonesia, tidak akan lagi memelihara para pengangguran yang khianat kepada negara. Proyek-proyek pemerintah tidak akan lagi ditangani secara sembarangan. Proyek-proyek pemerintah akan ditangani secara profesional, transparan, nyata, dan bertanggungjawab. Itu akan berjalan seiring dengan terealisasinya keterbukaan informasi publik dan digitalisasi dalam sistem pemerintah.

Sekarang tidaklah pantas tergantung proyek pemerintah. Tidaklah pantas tergantung kepada ormas dan Partai politik karena mereka bukan lembaga profit. Sekarang lebih baik, mencari dimana keahliaan anda, dimana anda berkarir, dimana anda mendapatkan tempat kerja yang layak. Ayo bekerja nyata dan berupaya menjadi ahli mulai dari sekarang.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar